Bagimu, mungkin aku akan beraroma tak sedap.
Karena akan sulit bagiku membeli deodoran ketika kapur tulis menjadi barang langka di tempat kami.
Bagimu, bisa jadi aku sangat ketinggalan jaman.
Karena sulit bagiku membeli pakaian baru ketika setiap awal tahun, buku bacaan menjadi barang dengan harga selangit.
Untukmu, mungkin akan sulit bagiku selalu ada di dekatmu.
Bocah-bocah dengan wajah dekil berseragam merah putih sedang menungguku.
Ibu-ibu dengan genggaman hangat selepas subuh mengantarkan ananknya sedang menungguku.
Bersamamu, bisa jadi tak akan menyenangkan hadirku bagimu.
Hidupku tak akan mudah bagimu.
Aku memiliki banyak impian.
Tentang perpustakaan mungil berisi buku-buku yang membinarkan mata-mata kecil itu.
Tentang hangatnya sebuah ruangan kelas, sehingga mereka tak perlu memilih antar mendekap tubuh atau menulis.
Hidupku bisa jadi akan begitu penuh air mata.
Aku memiliki banyak impian.
Tentang perjalanan yang menyenangkan bagi mereka menuju sekolah.
Tentang sepatu, rok atau celana sekolah yang tak perlu mereka singsingkan saat bersekolah.
Tentang menceritakan "impian besar" bagi mereka, dan bagaimana meraihnya.
Hidupku bisa jadi lebih berat dari bayanganmu.
Tentang pedal sepeda yang harus ku kayuh untuk mengukir sesabit senyum bagi mereka.
Tentang kuyup saat harus menemu binar pada setiap pasang mata mereka.
Tentang kapur tulis yang harus berganti dengan ranting, dan pasir sebagai papan tulisnya.
Tapi aku menyukainya.
Begitulah impianku.
Saat mereka memanggilku, "Bu, hari ini kita belajar apa?"
Karena akan sulit bagiku membeli deodoran ketika kapur tulis menjadi barang langka di tempat kami.
Bagimu, bisa jadi aku sangat ketinggalan jaman.
Karena sulit bagiku membeli pakaian baru ketika setiap awal tahun, buku bacaan menjadi barang dengan harga selangit.
Bagimu, bisa jadi aku tak semenarik dulu saat kau melihatku berjalan dengan anggun.
Karena sulit bagiku membeli pemerah bibir saat bocah-bocah itu kering karena tak setets pun air yang bisa kami nikmati sebagai pelepas dahaga.
Bagimu, hidupku taklahsemudah yang kau bayangkan.
Karena aku memiliki banyak impian.
Dan negeri ini tak mampu melakukannya untukku.
Pahamilah, bahwa hidupku bukan hanya tentang diriku.
Karena sulit bagiku membeli pemerah bibir saat bocah-bocah itu kering karena tak setets pun air yang bisa kami nikmati sebagai pelepas dahaga.
Bagimu, hidupku taklahsemudah yang kau bayangkan.
Karena aku memiliki banyak impian.
Dan negeri ini tak mampu melakukannya untukku.
Pahamilah, bahwa hidupku bukan hanya tentang diriku.
Bocah-bocah dengan wajah dekil berseragam merah putih sedang menungguku.
Ibu-ibu dengan genggaman hangat selepas subuh mengantarkan ananknya sedang menungguku.
Bersamamu, bisa jadi tak akan menyenangkan hadirku bagimu.
Hidupku tak akan mudah bagimu.
Aku memiliki banyak impian.
Tentang perpustakaan mungil berisi buku-buku yang membinarkan mata-mata kecil itu.
Tentang hangatnya sebuah ruangan kelas, sehingga mereka tak perlu memilih antar mendekap tubuh atau menulis.
Hidupku bisa jadi akan begitu penuh air mata.
Aku memiliki banyak impian.
Tentang perjalanan yang menyenangkan bagi mereka menuju sekolah.
Tentang sepatu, rok atau celana sekolah yang tak perlu mereka singsingkan saat bersekolah.
Tentang menceritakan "impian besar" bagi mereka, dan bagaimana meraihnya.
Hidupku bisa jadi lebih berat dari bayanganmu.
Tentang pedal sepeda yang harus ku kayuh untuk mengukir sesabit senyum bagi mereka.
Tentang kuyup saat harus menemu binar pada setiap pasang mata mereka.
Tentang kapur tulis yang harus berganti dengan ranting, dan pasir sebagai papan tulisnya.
Tapi aku menyukainya.
Begitulah impianku.
Saat mereka memanggilku, "Bu, hari ini kita belajar apa?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.