Jumat, 12 Oktober 2012

Rindu yang Kusampaikan Pada Ibu /2/







Diterbitkan di Harian Analisa Medan : Rabu, 10 Oktober 2012

Ini memang terdengar bodoh, Bu
Aku masih saja beranggapan surat cinta yang ia bacakan
adalah mahar pemberiannya untukku
Kau bisa saja bilang aku gila, Bu
Karena sampai saat ini masih tersimpan mahar itu dalam hatiku
Dan tak satupun lelaki selain dia kuiizinkan merampasnya dariku.

Bu, aku telah memohon pada Tuhan
Sekiranya, tunjukkan padaku jalan yang harus kutempuh
Atau setidaknya tunjukkan jalan padanya untuk meminta mahar itu kembali
Agar aku tahu, telah aku tak diinginkan olehnya lagi
Dengan begitu aku akan pulang. Bu
Aku akan pulang, lalu sujud di kakimu
Mencium kakimu, sehingga kau ridho atasku
Dan Tuhan pun meridhoiku.

Saung Kompak Semarang, 2012

Rindu yang Kusampaikan Pada Ibu /1/









Diterbitkan di Harian Analisa Medan : Rabu, 10 Oktober 2012

Entah harus bagaimana aku memulai cerita ini
Cerita tentang rindu yang kering dalam hatiku
Entah, entah dengan apa aku membuktikan
Kisah ini telah sejak lama melukaiku dalam diam

“Bu, pernah dulu ada lelaki yang begitu aku cintai
Dan saat itu sepertinya dia pun begitu mencintaiku
Tapi anehnya kini ia sungguh sulit untuk kusentuh
Ia terasa begitu dekat, namun begitu sulit bagiku menatapnya
Melihat di kedalamannya, masihkah ada aku mengisi hatinya

Saung Kompak Semarang, 2012

Melupakanmu











Diterbitkan di Harian Analisa Medan : Rabu, 10 Oktober 2012

ingin sekali aku temukan kau dalam setiap mimpi
pada setiap malam dingin yang kau lalui dengan kekhawatiran
tetapi sungguh; tak sedikitpun inginku menyentuh kebekuanmu
hingga aku tetap bersabar dengan segala luka
luka yang aku sadari – luka yang perih, namun tetap mengukir senyum; atas namamu!

Aneh memang, tetapi bukankah pertemuan kita juga lahir dari keanehan-keanehan
bahkan rasa ini pun hadir pada setiap keganjilan-keganjilan sikapmu
meski tanpa lelah aku berkompromi dengan hatiku
namun tetap saja; rasaku padamu tiada terbantah
ia tetap hidup dan ada di dasar kalbu!

Ah, sungguh aku ingat selalu
hari ini, hari kemarin, sebulan yang lalu sejak kau putuskan membeku
aku tetap saja meramu rindu atas namamu
maka segeralah cairkan hatimu
lalu sapalah aku
sebab aku tak tahu bagaimana cara melupakanmu!

Saung Kompak Semarang 2012



Keberangkatan












Diterbitkan di Harian Analisa Medan : Rabu, 10 Oktober 2012

Belum juga sempat tersentuh sisa gerimis yang gagal menghujan
kini harus rela ia menikmati kemarau yang tak berujung; mengenang duka,
kepergian kekasih di ujung gerbong
sejauh mata memandang hilang – perlahan
terjebak antara sebentuk tunggu dan realita hidup!

Entah tiga, lima atau sepuluh tahun mendatang
stasiun ini bisa saja menjelma gedung-gedung tinggi berdinding kaca
namun, aku tetap setia menanti kepulanganmu kekasih...

Bahkan jika gerbong-gerbong ringsek,
dan mesin-mesin yang memberangkatkanmu tak lagi menderu
hingga tak ada penanda kepulanganmu
aku tetap setia menanti
sebab dalam yakinku; Tuhan akan mengantarmu padaku!

Saung Kompak Semarang, 2012